Senin, 18 November 2013

KKK

Oleh : Galih Adhityo

Sebelumnya saya akan bertanya. Kenapa kamu suka Koil? Pasti akan bermacam-macam alasannya, dan saya juga tidak akan menyertakan multiple choices disini untuk mengetahui apa alasan kamu semua, dengan alasan: sama saja. Apapun alasan kamu, kita semua tahu, Koil adalah kegemaranmu. Kita semua tahu, kamu pasti punya album Koil entah mau yang mana, yang keberapa atau malah yang asli atau yang bajakan sekalipun. Atau kamu juga pasti punya merchandise Koil. Atau kamu mungkin selalu berdiri paling depan di setiap panggung-panggung Koil dan menyanyikan semua lagu Koil bahkan jauh lebih hafal dan bersemangat ketimbang Otong sekalipun. Atau mungkin malah kamu pernah bermimpi basah dengan salah satu personel Koil, siapa tahu? Tapi yang jelas, Koil telah berhasil memuaskan dahaga kita semua akan kualitas industri musik bermutu di dalam negri. Atau bahkan mungkin kualitas industri musik bermutu secara global. Singkat kata, Koil telah berhasil menancapkan paku berkaratnya di hati kita semua. Kita semua. Kita semua. Lalu Siapakah kita semua? Saya? Kamu? Mereka? Lalu Siapakah kita semua? 

William Shakespear pernah sangat mabuk sekali dan berkata " apalah arti sebuah nama " Dan kita juga memahami betul ungkapan tersebut. Bahwa api kalau namanya juga bukan api toh, akan tetap panas juga. Atau uang kalau namanya bukan uang, toh akan tetap diperebutkan oleh semua orang juga. Tapi sudahlah. Mari kita tinggalkan saja kakek William itu dengan pendapatnya soal nama. 
Cerita diatas sengaja saya tulis agar maksud nama 'kita semua' bisa ditempatkan pada bingkai yang tepat disini.

Koil, semenjak berdirinya pada medio 1993, saya percaya telah menebar 'virus dan racun' di begitu banyak hati penggila musik alternative rock, metal, industrial dan di hati seluruh lapisan kasta musik Indonesia. Tidak bisa ditampik bahwa wujud apresiasi mereka selama ini sebagai pengagum, penggemar, ataupun fans terhadap Koil secara tidak langsung ataupun langsung telah membuat Koil tetap ada dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, kerak bumi, bahkan alam baka sekalipun. Semua hati yang telah 'tertembus' oleh bius Koil seketika itu juga akan dengan lantangnya berbicara " Saya adalah fans Koil no.1 ! " Selanjutnya, inilah yang akan kita namakan loyalitas dan 'diehard' yang telah dan selalu kita bangga-banggakan selama ini didepan teman, ibu, bapak, adik, kakak, istri, pacar, selingkuhan dan mungkin semua orang yang kita temui dijalanan setiap hari.

Saya jadi sedikit teringat sekitar beberapa tahun silam saya pernah dikenalkan kepada seorang 'senior' Killer yang biasa dipanggil Oce, di Jakarta. Kami sempat bercerita banyak sekali waktu itu. Saya bahkan sempat menceritakan kepada beliau bahwa saya dan teman-teman di sekolah 'mendirikan' komunitas Koil, saking 'butanya' kami terhadap keberadaan komunitas Koil itu sendiri. Akhirnya beberapa waktu kemudian Koil yang saat itu sedang vakum dikarenakan kesehatan Otong yang sedikit terganggu, secara resmi pada tahun 2004 membentuk sebuah fans club yang dinamakan:
KOIL KILLER KLUB ( KKK )

Seingat saya proses registrasi untuk mendaftar sebagai seorang KKK waktu itu sangatlah mudah. 
Semua calon member hanya dibebankan biaya sebesar Rp.20.000 sebagai biaya administrasi, menyertakan identitas foto 3x4, dan biodata semampunya. Selanjutnya setiap member KKK akan mendapatkan sebuah newsletter yang dikirimkan setiap dua bulan sekali, sebuah kartu keanggotaan yang dinamakan Structural Born Killer, dan yang lebih bermanfaat lagi tentunya, adalah setiap member KKK akan mendapatkan jaminan diskon setiap berbelanja merchandise Koil di Godstore. Kesempatan bergabung ini tentunya langsung disambut baik oleh para fans yang belakangan disebut 'Killer' . Media penyampaian yang digunakan untuk menyebarluaskan berita ini waktu itu hanya sebatas dari teman ke teman. Dan dalam waktu singkat, segera saja saya secara pribadi dan teman-teman Killer pada umumnya memiliki 'saudara-saudara' baru 'sealiran dan seperguruan'. 

Namun, eksistensi KKK mulai dipertanyakan di sekitar akhir tahun 2005. Belakangan diketahui, bahwa orang-orang pintar dengan otak bersinar yang ada di belakang meja redaksi KKK ternyata sudah menyatakan diri untuk pensiun dari kancah ilmu hitam, yang berimbas kepada terbengkalainya kesinambungan KKK itu sendiri.
Akhirnya saya dan teman-teman waktu itu kembali kepada kelompok bermain kami yang kami beri nama Tenko yang kalau tidak salah merupakan kependekan dari Tentara Koil. Dari sumber yang tidak mau dikutip namanya, Tenko ini dibentuk di Jakarta sekitar tahun 2004. Anggotanya pun terbilang tidak terlalu banyak seperti KKK karena memang anggota kelompok ini terbilang orang-orang yang sangat kuper dan tidak suka bergaul jadi maklum saja lah ya. 

Pada akhir tahun 2008, akhirnya saya dikenalkan kepada seorang saudara seper'killer'an di sebuah acara musik sekolah swasta di Jakarta yang kebetulan waktu itu Koil juga bermain di acara tersebut. Namanya Jaka dan nama panjangnya siapa, saya tidak menanyakan pastinya saat itu. Beliau waktu itu datang dari Bandung bersama beberapa orang temannya mengkhususkan diri hanya untuk melihat Koil live di Jakarta. Meskipun belum sempat berbicara banyak dengan beliau, tapi saya bisa melihat rasa fanatisme yang hebat saudara-saudara baru saya ini lewat tulisan di kaosnya yang hanya bertuliskan: Koil Seperturan Diudag! Luar biasa batin saya. Orang-orang ini sudi menempuh jarak beratus-ratus kilometer jauhnya hanya untuk menikmati songlist Koil yang malam itu hanya membawakan sekitar 5 buah lagu. Seperturan sendiri menurut Jaka kemudian diartikan sebagai perjalanan, atau teman-teman yang datang bersama-sama untuk melihat setiap show Koil di berbagai kota. 

Beberapa lama Setelah perjumpaan saya yang singkat dengan teman-teman Seperturan itu, tiba-tiba Jaka mengabarkan bahwa Teman-teman fans Koil di Bandung akan menciptakan Album A tribute to Koil yang pada akhirnya diberi nama: " Aku percaya Kaupun terbakar juga " dan ternyata hasilnya sangat luar biasa sambutan publik terhadap album yang dari awal memang di dedikasikan para fans Koil sebagai wujud penghargaan mereka terhadap lagu-lagu terbaik Koil pada eranya masing-masing. Terus terang saya sangat kagum akan kerelaan mereka yang mengerjakan proyek ini untuk siap 'pasang badan' demi tercapainya tujuan mereka itu. Ini adalah pencapaian yang sangat luar biasa yang bisa diberikan fans kepada idolanya. Berita bahwa album " Aku percaya, Kaupun terbakar juga " berhasil masuk sebagai 9 Album lokal terbaik 2009 pun semakin menguatkan pandangan saya bahwa apa yang telah mereka kerjakan sesungguhnya bukanlah sekedar proyek 'asal jadi' saja melainkan sebuah hasil yang dikerjakan dengan perhitungan panjang, hati-hati dan tentunya dengan kualitas musik mereka sendiri yang bisa dipertanggung jawabkan dan dapat diterima dengan baik oleh khalayak luas bukan hanya kuping-kuping khalayak Koil semata. 

Belakangan setelah saya iseng-iseng men-search kata 'Koil' di dalam situs Facebook. Saya menemukan lebih dari sepuluh hasil untuk pages fan Koil unofficial yang berasal lebih dari sepuluh kota-kota besar di seluruh Indonesia. Saya sangat tercengang. Ada Koil Killer JOGLOSEMAR yang sebelumnya saya sudah tahu berdomisili di Jawa Tengah dan sekitarnya yang berdiri pada sekitar tahun 2007 dan dipelopori oleh Prabu Sakti, lalu Koil Killer klub Bogor, Koil Killer Karawang, Koil Killer Klub Cilegon, Komunitas Koil Bandung, dan mungkin masih ada lagi berpuluh-puluh lebih account fanpages Koil yang terdaftar di situs Facebook maupun di situs-situs yang lain atau mereka yang dengan bangganya diluar sana yang mungkin juga sudah mendirikan komunitas serupa dan dengan bangganya pula berseru " kami adalah fans Koil no. 1 ! "

Keadaan ini semua sangatlah mencengangkan bagi saya. Fanatisme masyarakat terhadap Koil memang tidak sebanyak komunitas Slankers untuk grup musik Slank, atau dukungan Oi untuk penyanyi legendaris Iwan Fals. Tapi kita semua tahu, Koil semenjak berdirinya adalah sebuah grup musik yang pantang bermanis-manis demi pasar. Jenis musik yang mereka usung bukanlah jenis musik mainstream yang gampang diterima oleh masyarakat pada umumnya. Bahwa fakta ternyata Koil dapat menjaring beribu-ribu fans yang loyal diluar sana adalah kabar yang sangat menggembirakan bagi kita semua selaku bagian dari komunitas itu sendiri. Dan Koil sendiri lewat Otong pernah mengeluarkan pendapatnya tentang ini disebuah wawancara terdahulu. " Fans gw kayaknya masih tetep diehard selama band ini ada, trimakasih banyak. " 

Maka apapun nama kelompok yang kalian bawa, atau dari daerah manapun kalian berasal yakinlah kita semua adalah sebuah kesatuan. KKK, Tenko, Seperturan, Joglosemar, Koil Killer klub Bogor, Koil Killer Karawang, Koil Killer Klub Cilegon, Komunitas Koil Bandung, atau apapun nama yang tidak sempat saya sebutkan diatas, kita semua adalah sebuah mata rantai. Sebuah kesatuan. Saya, kamu, mereka, dan tentu saja Koil adalah sebuah kekuatan yang saling menopang satu sama lain. Saya sangat menyadari bahwa apa yang telah kita lewati dan hadapi selama ini dalam berbagai apresiasi kita terhadap perjalanan karir musik Koil adalah bukti nyata dari ketangguhan kita untuk selalu bertahan untuk mendukung band ini agar selalu tetap ada. Tetap ada di dalam industri. Tetap ada dan bercahaya di dalam lorong-lorong kumuh musik di negara ini. Karena Koil telah membuktikan lebih dari 16 tahun ini kepada saya, kamu, mereka, dan kita semua bahwa mereka akan tetap bertahan untuk menghadapi dan melawan berbagai 'penyakit akut' industri musik dalam negri ini. Saya percaya revolusi ini baru saja akan dimulai. Dan kita semua, apapun nama kelompok yang kita bawa, atau dari daerah manapun kita berasal adalah tameng yang terdepan dan terbesar untuk membantu Koil bertahan dan membawa industri musik negara ini menuju masa depan yang lebih menjanjikan dan dapat dipertanggung jawabkan tentunya, seperti yang sudah dibuktikan oleh Koil selama lebih dari enam belas tahun ini kepada beratus-ratus juta kuping malang di negara bodoh ini.

*Tulisan ini saya buat untuk menghormati dan sebagai bentuk penghormatan tertinggi saya kepada seluruh Killer di seluruh penjuru titik kordinat gps yang terlacak atau belum terlacak di dalam google map, atas kecintaan dan ketangguhannya untuk selalu bertahan dan setia bersama Koil sampai detik ini. Aku percaya kita bahagia.


Galih Adhityo 2010
Copyright adalah yang sejujur-jujurnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar