Senin, 18 November 2013

Bangkitnya Sebuah Fenomena “PEMBERONTAKAN NORMA”

Oleh : Qie

“Jangan dibilang mentang mentang lagunya lirik indonesia maka dibilang lirik lagu berbahasa indonesia itu bodoh dan dangkal…Bukan sama sekali kalo menurut gue…Di kehidupan sehari hari saya nemu banyak orang yang ingin disebut pintar padahal sangat bodoh”….
(kesan pertama mendengarkan Sistem Kepemilikan by Koil) - Lusimers Deluciva-KUBIK


Gw sengaja meng-copy-paste hasil chatingan gw ma Ms. Lusimers Deluciva coz setahu gw dijaman yang semakin gak jelas ini hanya ada satu band yang masih eksis dengan pola pandang mereka yang sangat sangat jauh ke depan (entah ke depannya bakal kaya gimana lagi)……Betapa tidak, ketika semua band berusaha membawa kita ke khayalan kosong dengan tema dan aransemen yang itu-itu saja kita disentak oleh beat-beat yang langsung menohok kemunafikan kita, bertutur jujur, bermakna sangat dalam, dengan aransemen maksimal…..

Ladies and Gentlement………………………………………
Please Welcome : K O I L

Gw percaya, sejak BlackLight Shine On ramai-ramai digratisin, didownload dan disebarluaskan, ketika siaran-siaran TV ramai-ramai mendaulat Koil sebagai bintang tamu, tampil Live dari pensi ke pensi serta konser-konser dibeberapa kota, orang-orang mulai “ngeh”. Banyak yang tanpa sadar “tersadarkan” kalau masih ada Band gak kampungan dan masih bisa dibanggakan ditengah gejolak band-band instant dengan syair melayu yang mendayu-dayu, dengan aransemen pas-pasan bertema cinta murahan, patah hati, dan sebagainya dan sebagainya. Koil justru menyodorkan realita pahit dalam masyarakat kita dengan kemahirannya meramu lirik, nada, dan aransemen yang kharismatik, tak lepas dari kemisteriusan para personilnya tentu.

Banyak yang mengira Koil adalah band pendatang baru (itz fanny!!!), bahkan mengidolakan mereka hanya karena duo bersaudara yang cakepnya ga ketulung, Doni + Otong, kemisteriusan Adam, atau gebukan penuh power dari si cubby Leon. Its Ok, namun sebaiknya sedikit menoleh kebelakang ketika jaman-jaman Gore Metal sedang kencang-kencangnya, ketika Saparua masih menjadi saksi bisu luapan emosi, semangat, dan peluh dari band-band Indie Bandung dan para maniaknya, Koil justru membawa warna yang berbeda…dimensi yang berbeda, apalagi ketika sebuah label rekaman ; Project Q tertarik untuk mengontrak mereka hingga kemudian menghasilkan album major label pertama Koil dikancah musik nasional pada pertengahan era 90-an, dimana saat itu justru konsumen musik di Indonesia sedang gandrung-gandrungnya dengan musik Grunge, Punk, Alternatif, dan Metal, Koil membawa nuansa lain yang sedikit aneh ditelinga penikmat musik tanah air…..

“Kami Bukan Band Underground, Hanya band Pop Biasa”, begitulah kira-kira celoteh dicover Album KOIL (Self Title) yang dirilis sekitar tahun 96-98 (lupa banget), album ini hampir bertepatan rilis dengan album Kubik Self title dipertengahan tahun 1990-an. 2 band ini sama-sama lahir dari Kota Bandung dan merupakan cikal-bakal bergabungnya Adam (Gitaris-Vokalis Kubik) ke dalam Koil, Salah satu hasil kerjasama 2 Band ini yang paling terasa adalah pada Album ke Dua Kubik ; Violet, dimana campur tangan personil Koil turut mempengaruhi rampungnya album tersebut dikarenakan ketika album tersebut digarap, Adam sedang hengkang ke Amrik untuk menimba ilmu dan mentas dibeberapa tempat. So, sejak awal 2 band ini adalah seperjuangan dan sudah saling kenal walau mengusung aliran musik yang berbeda.

Video klip Koil yang pertama sekali diputar oleh stasiun Televisi (MTV) adalah “Dengekeun Aing (Matahari)”, waktu itu semua pada gondrong belel, kumal, dan memberontak…kenapa gw bilang memberontak ? Karena dari warna musik dan lirik yang mereka mainkan saat itu benar-benar beda ketika lo mendengar musik-musik yang hits kala itu seperti Pas Band, Netral, Puppen, Plastik, LFM, Pure Saturday, bahkan Slank yang notabene bernaung dibawah label rekaman yang sama untuk album Self Title, Koil benar-benar melawan jaman ketika mereka berkomitmen untuk tidak mengikuti trend musik nasional, apalagi sejak meluncurkan Album Megaloblast/Megaloblack, warna Industrial mereka benar-benar kental dan mendapat tempat dihati penikmat musik lokal yang tidak terpuaskan oleh kehadiran band-band standar semisal Radja dan Ungu dengan lirik tentang cinta yang monoton berikut syair yang mendayu-dayu. Maka jangan salah jika video klip dari album Megaloblast ; Mendekati Surga menjadi sebuah video klip lokal indie yang fenomenal menurut MTV Asia (gw ga bakal mengupas satu persatu album dan single yang pernah dirilis, untuk lebih jelasnya silahkan search di Internet). 

Satu hal yang tidak dapat disamai oleh band lain adalah mereka mempunyai fans fanatik yang tidak main-main untuk ukuran band indie di Indonesia (malah ada yang menjadikan lirik-lirik Koil sebagai Dogma), sehingga jangan salah…walaupun sempat vakum selama bertahun-tahun tanpa manggung dan mengeluarkan album, Koil tetap mendapat hati dikalangan fans lama dan amazing-nya mereka juga mampu membaptis jiwa-jiwa baru saat meluncurkan album BlackLight Shine On, menembus batasan jaman dan batas usia.

Lirik mereka sendiri pada awalnya berbahasa inggris, namun kemudian ketika Self Title dilempar kepasaran seluruh format lagu dirubah menjadi berbahasa Indonesia tanpa mengurangi makna sebenarnya (Demo From Nowhere dan Caligula adalah salah satu mini album yang isinya berbahasa inggris). Koil dominan berkisah tentang luapan amarah, kecewa, putus asa, dan kegelapan, cenderung bertutur tentang kesuraman hidup yang dibalut emosi sebagai pemecut semangat. 

Disinilah letak intelektualisme Koil dalam membuat lirik, Koil berbicara tentang cinta tanpa perlu terisak dan mendayu-dayu, menyampaikan protes dengan keinginan untuk berbuat lebih baik (Nyanyikan Lagu Perang dan Sistem Kepemilikan contohnya), kemarahan dan putus asa yang selalu terobati dengan mantra dan doa (Semoga Kau Sembuh Pt. I dan II misalnya), serta keberanian untuk menjalani hidup (Kita Dapat Diselamatkan dan Rasa Takut Adalah Seni mungkin salah satunya). 

Memetik kata-kata sang vokalis saat jaman-jaman chat lepas tengah malam ; “Gw Survivor, Qie…Bukan Protestor” (Otong Koil), yang menegaskan jika Koil bukanlah band yang “lembek” ketika menghadapi masa-masa sulit dan penuh keterbatasan.  

Lirik dari lagu-lagu Koil banyak mempengaruhi pola pikir fans fanatik mereka selain dari kepiawaian mereka meramu nada dan aransemen diluar dari kharisma para personilnya. Hal ini pula yang membedakan fans fanatik dan penggembira yang hanya ikut-ikutan mode dan tampilan garang doang biar dikata Gothic, karena dari segelintir diskusi dan perkenalan gw dengan teman-teman dibeberapa wilayah di Indonesia, kebanyakan teman-teman lebih terpengaruh (tepatnya terprovokasi mungkin) oleh lirik-lirik mereka, walaupun kekuatan aransemen, fashion dan aksi theatrical live mereka tidak bisa lepas dari identitas yang sudah terlanjur melekat jauh sebelum Koil dikenal lebih luas di masa sekarang ini. Dan mungkin saja, perasaan kedekatan fans yang dalam terhadap band yang satu ini justru karena idealisme mereka dalam bermusik, dan ini merupakan salah satu faktor tidak terbantahkan, yang mendekatkan Koil dengan fansnya. Namun hal ini juga menjadi bumerang bagi mereka, momok yang mengkerdilkan kreatifitas dan eksperimental mereka dalam bermusik dengan alasan menjaga perasaan fans-fans yang sok tahu dan sok atur ini-itu.

Koil merupakan sebuah fenomena dalam kancah musik nasional khususnya…karena dengan lirik berbahasa Indonesia mereka piawai memintal kata demi kata bak sastrawan besar menggoreskan syair yang sarat akan makna, atau seperti arsitek merancang-bangun kata demi kata sebagai rangkaian kejujuran batin kita (Kamu Miskin…Bodoh…dan Sombong ???). Koil mampu meraih ke-universalan makna dari keterbatasan kata-kata, hal ini membuat beberapa musisi Indonesia pun ramai-ramai mengajak Koil bekerjasama dalam bentuk duet, aransemen, maupun lagu (contohnya Ahmad Dani dan Santi atau beberapa lagu yang menjadi soundtrack film layar lebar). Sadar akan Fashion dan Theatrical, Koil pernah menjadi salah satu pencetus ide dan menjadi kiblat mode beberapa musisi Indonesia,  sehingga jangan salah jika banyak band-band mayor yang terkenal dimasyarakat awam pernah coba mengikuti Koil, dari cara berpakaian, aksi panggung, dan sound seperti Koil. Namun jadinya malah sangat aneh karena soul bermusik dari band-band tersebut justru sangat jauh dari kesan “Dark and Mysterious”. 

Namun terlepas dari itu semua……terlepas dari ketidaksempurnaan kita dan mereka, terlepas dari fans fanatik atau bukan, Koil kini sudah melesat jauh….seperti peluru yang menembus batasan-batasan ruang dan waktu, menembus batasan norma pasar musik ditanah air, menembus norma  hidup, pemberontak akan komersialisme dan kontrol para “mafia” musik tanah air yang menyetir kreatifitas dan idealisme demi memenuhi kebutuhan pasar dengan mengesampingkan mutu dan kualitas, tidak perduli apakah lirik-lirik tersebut hanya berisi pembodohan dan angan-angan. 

Koil mampu menembus semua batasan itu, lebih dari 15 tahun eksistensi mereka, mereka sanggup membuktikan independensi dan kualitas musikal mereka lebih diatas rata-rata trend musik di Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Mereka mampu membuktikan jika dengan lirik-lirik berbahasa Indonesia mereka mampu bercerita tentang semua dimensi tanpa menjadi hakim dari sebuah kejadian, tanpa mengurangi makna dari setiap lembar perjanjian hidup. Ini bukanlah hal yang mudah untuk sebuah band untuk bertahan dengan idealisme dan  menentang arus jaman, satu per satu band sekelas mereka sudah lebih dulu vakum, bubar, dan perlahan menghilang dari kancah musik Indonesia.

Mungkin sudah saatnya mereka membenahi diri, mencicipi kesuksesan dan menapak jengkal demi jengkal jerih payah mereka dengan menjual mutu, seperti ketika lo beli CD bajakan dan original…pasti akan akan sangat berbeda tingkat kepuasan dan rasa sayang lo ma CD original, mahal memang tapi berkualitas bukan ? Bukan jamannya lagi untuk berharap gratisan melulu karena kita sama-sama mencari hidup. Berikan saja percaya dan kebebasan pada mereka untuk melesat dan memilih jalannya, sebab mereka telah mampu membuktikan diri untuk bertahan dan melawan arus dalam kurun waktu yang tidak sebentar. 

Kita hanyalah penonton….penikmat racikan mereka, jika tidak suka dan tidak puas silahkan berkomentar yang wajar, ga perlu ngeluarin duit kok, silahkan buang dan hancurkan CD-nya, silahkan berpaling ke band lain yang lebih mutu menurut kita, tak perlu menggurui dan menyamarkan arti…..berikan solusi bukan caci-maki.

“Dan kita tidak pernah tahu apa yang akan dirilis oleh mereka nanti, bisa jadi album berikutnya mereka menciptakan lagu-lagu seperti kangen band"

*Thanx to Lusimers Delusiva untuk masukan-masukannya, Ots to chating2 tengah malamnya… Dedicated to my best brother Oce; where ever you are……. 

Qie 
mendekatineraka@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar